Madiun | AndoraNews : Menyambut datangnya bulan Suro, Kapolres Madiun Kota AKBP Wiwin Junianto Supriyadi, S.I.K, menggelar silaturahmi hangat bersama tokoh-tokoh pencak silat dari 11 perguruan di Kecamatan Manguharjo. Kegiatan yang berlangsung di Aula Kantor Kecamatan Manguharjo pada Sabtu malam (10/05/2025) ini menjadi ajang penting memperkuat sinergi dan komitmen menjaga keamanan Kota Pendekar.
Dalam suasana penuh keakraban, para tokoh silat, Forkopimcam, dan jajaran kepolisian saling berdiskusi membahas langkah strategis untuk memastikan perayaan tradisi Suro berlangsung tertib, damai, dan bermartabat.
Kapolres Tegaskan Keamanan Adalah Investasi Kota
“Keamanan adalah investasi yang sangat penting untuk perkembangan Kota Madiun, apalagi dengan identitasnya sebagai Kota Pendekar,” tegas Kapolres. Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya dari komunitas pencak silat, untuk saling bergandeng tangan menjaga ketertiban selama bulan Suro dan kegiatan Suran Agung.
Camat Manguharjo, Lita Febriana Hapsari, turut menyampaikan apresiasi atas sinergi tiga pilar Pemkot, Polsek, dan Koramil dalam menjaga stabilitas wilayah.
Maklumat Bersama: Aturan Tegas Demi Ketertiban
Pertemuan ini menghasilkan beberapa kesepakatan penting yang harus dipatuhi seluruh peserta kegiatan Suro, di antaranya:
- Tanpa atribut perguruan: Dilarang menggunakan bendera, seragam, atau slogan perguruan.
- Jam keberangkatan wajib sesuai aturan.
- Ketua dan pengurus bertanggung jawab secara hukum atas pelanggaran.
- Keberangkatan luar kota harus dikawal aparat.
- Identitas peserta harus terdata dan terkoordinasi.
- Tiga makam utama ditutup selama kegiatan Suroan.
- Hanya kendaraan roda empat ke atas yang diperbolehkan.
- Penggunaan sound system hanya diizinkan di kendaraan roda empat.
- Pelanggaran akan dikenai sanksi hukum dan tanggung jawab ketua ranting serta korlap.
- Parkir harus di lokasi resmi yang ditentukan.
Dengan adanya silaturahmi ini, Polres Madiun Kota berharap suasana Kota Pendekar tetap kondusif dan aman, menjadikan tradisi Suro sebagai momen refleksi dan persatuan, bukan pemicu konflik. (*)