Health | AndoraNews: Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis di mana pelaku berusaha membuat korban meragukan ingatan, persepsi, atau kewarasannya sendiri. Tujuannya untuk memperoleh kontrol emosional, psikologis, atau dalam hubungan kuasa lainnya. Istilah ini berasal dari drama Gas Light (1938) oleh Patrick Hamilton, dan adaptasinya ke film pada 1940-an. Gaslighting
Menurut psikologi populer, gaslighting muncul secara bertahap, bukan sebagai satu insiden tunggal. Pelaku mulai dengan komentar kecil, menyangkal fakta, lalu memperlemah kepercayaan korban terhadap diri sendiri.
Mekanisme & Penyebab
Beberapa mekanisme yang biasa digunakan pelaku gaslighting:
- Denial (penyangkalan): Pelaku menyangkal bahwa sesuatu pernah terjadi atau bahwa mereka mengucapkan sesuatu yang jelas.
- Distorsi fakta / manipulasi ingatan: Merubah versi kejadian sehingga korban ragu akan apa yang sebenarnya terjadi.
- Trivializing / Meremehkan perasaan korban: Mengatakan bahwa korban terlalu sensitif, atau bahwa reaksi emosinya “berlebihan.”
- Mengalihkan topik / menghindar dari tanggung jawab: Pelaku mengubah pembicaraan agar fokusnya pindah atau mengalihkan kesalahan ke k,orban.
Penyebab seseorang menggunakan gaslighting bisa beragam:
- Keinginan untuk mengendalikan orang lain.
- Takut mengakui kesalahan atau menjaga citra diri.
- Ketidakmampuan menghadapi konflik secara sehat, sehingga manipulasi dianggap jalan keluar.
Ciri-Ciri Gaslighting
Beberapa tanda gaslighting yang perlu diwaspadai:
- Sering berbohong / manipulatif Pelaku tidak konsisten; memakai dusta untuk membingungkan korban.
- Menyangkal yang pernah dilakukan “Kamu salah ingat”, atau “Aku nggak pernah mengatakan itu” padahal korban yakin.
- Meremehkan emosi/perasaan korban “Kamu terlalu sensitif”, “berlebihan”, dll.
- Memutarbalikkan fakta / mengalihkan kesalahan Pelaku mengalihkan fokus, menyalahkan korban agar mereka ragu.
- Tidak ada empati, penggunaan taktik seperti menjadikan korban merasa bersalah sendiri Pelaku mungkin membuat korban merasa bahwa mereka yang salah, atau mereka terlalu “paranoid”.
Dampak pada Kesehatan Mental
Gaslighting bisa punya efek yang signifikan dan merugikan pada korban, terutama jika berlangsung lama:
- Keraguan diri dan hilangnya kepercayaan diri: korban mulai meragukan persepsi diri sendiri, merasa “gila” atau tidak waras.
- Kecemasan dan depresi: karena stres psikologis terus-menerus.
- Pengasingan sosial: korban mungkin menarik diri dari pertemanan atau keluarga karena takut tidak dimengerti, atau takut dipermalukan.
- Kesulitan membuat keputusan / kehilangan kontrol tentang hidup sendiri: Pelaku gaslighting mengambil alih narasi, sehingga korban menjadi kurang yakin dengan pilihan mereka sendiri.
- Trauma psikologis jangka panjang apabila interaksi ini terjadi dalam jangka waktu lama.
Contoh Kasus Nyata
Beberapa ilustrasi situasi gaslighting:
- Dalam hubungan pasangan: ketika pasangan sering mengatakan “Kamu salah ingat” padahal korban yakin akan pengucapan/kejadian. Atau pasangan meremehkan emosi korban dengan mengatakan “Kamu terlalu berlebihan/sensitif.”
- Di lingkungan kerja: manajer atau rekan yang menyalahkan Anda atas kesalahan yang sebenarnya bukan milik Anda, atau menyangkal diskusi atau keputusan yang pernah dibuat sehingga Anda merasa bingung.
- Gaslighting dalam institusi besar: misalnya organisasi yang menyangkal pelaporan masalah (whistleblowing), menggambarkan pelapor sebagai tidak kompeten atau sakit jiwa agar tuduhan dianggap tidak valid.
Cara Mengatasi & Pemulihan
Menghadapi gaslighting bisa sulit, tapi tidak mustahil. Berikut langkah-dan strategi yang telah direkomendasikan:
- Mengenali dan menyadari bahwa itu gaslighting. Pendidikan dan kesadaran diri adalah langkah awal. Mengetahui definisi serta ciri-ciri gaslighting membantu korban melihat pola yang terjadi padanya.
- Mencatat / mengumpulkan bukti Simpan catatan, pesan teks, email, atau dokumentasi lain dari interaksi yang memuat manipulasi, kebohongan, atau pertentangan fakta. Bukti ini membantu ketegasan dalam membela diri.
- Menetapkan batasan Mengkomunikasikan secara tegas (dan jika perlu menegaskan lewat jarak) tentang perilaku apa yang tidak dapat diterima.
- Mencari dukungan sosial Berbicara dengan teman, keluarga yang dipercaya, atau konselor/psikolog. Dukungan eksternal membantu memperkuat realitas korban dan memulihkan kepercayaan diri.
- Merawat diri (self-care). Lakukan aktivitas yang menyehatkan secara fisik, mental, emosional: meditasi, olahraga, hobi, tidur cukup. Ini membantu mengurangi stres dan memperkuat ketahanan psikologis.
- Membatasi atau keluar dari hubungan toksik jika diperlukan. Bila gaslighting sudah terlalu berat dan terus berulang, mungkin langkah terbaik adalah membatasi komunikasi atau bahkan mengakhiri hubungan dengan pelaku.
- Terapi profesional. Konseling atau terapi psikologis untuk membantu korban memproses pengalaman, membangun identitas dan persepsi diri yang sehat kembali. Terapis bisa membantu meluruskan distorsi kognitif yang muncul akibat manipulasi tersebut.
Pencegahan
Beberapa langkah proaktif untuk mencegah gaslighting:
- Edukasi sejak dini tentang komunikasi sehat, empati, serta pengelolaan konflik dalam hubungan pribadi (keluarga, sekolah).
- Memupuk budaya kejujuran dan tanggung jawab atas pernyataan dan tindakan.
- Membiasakan dialog terbuka dalam hubungan agar rasa saling dipercaya bisa tumbuh.
- Memperkuat literasi psikologis di masyarakat agar orang lebih cepat mengenali manipulasi psikologis.
Kesimpulan
Gaslighting adalah manipulasi psikologis yang merusak kemampuan seseorang untuk mempercayai diri sendiri realitasnya, perasaannya, bahkan ingatannya. Efeknya bisa jauh dan mendalam pada kesehatan mental. Namun, dengan kesadaran, dukungan yang tepat, dan strategi pemulihan, korban bisa bangkit kembali dan membangun kembali kepercayaan diri serta kendali atas hidupnya.

